BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemauan
pemerintah membenahi sektor pendidikan dewasa ini memperlihatkan kecenderungan
yang meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya berbagai terobosan untuk
mencari perubahan yang positif dalam pembangunan sistem pendidikan di
Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah ini, tidak lain ditujukan untuk
dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan Indonesia, sehingga
tercipta sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan martabat bangsa di mata dunia.
Keinginan
pemerintah seperti tersebut di atas sesuai dengan tujuan pendidikan yang
termuat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI nomor 20 tahun 2003
bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan Indonesia, adalah:
“Mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar mnjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Untuk
dapat mencapai tujuan pendiikan tersebut, tidak hanya tanggung jawab pemerintah
semata. Keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab seluruh lapisan
masyarakat. Di era otonomi daerah ini lebih dititikberatkan pada peran serta
daerah untuk membangun pendidikan di daerahnya.
Belajar
dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan
perilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun
hingga saat ini dalam praktiknya, proses pembelajaran di sekolah tampaknya
lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif
(intelektual), yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi
dan model pembelajaran tertentu. Sementara, pembelajaran yang secara khusus
mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat perhatian.
Kalaupun dilakukan mungkin hanya dijadikan sebagai efek pengiring (nurturant
effect) atau menjadi hidden curriculum, yang disisipkan dalam kegiatan
pembelajaran yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran
psikomotor. Secara konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif
memegang peranan yang sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang
dalam bekerja maupun kehidupan secara keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran
afektif justru lebih banyak dilakukan dan dikembangkan di luar kurikulum formal
sekolah. Selanjutnya guru
selaku pemegang peranan di kelas juga punya tanggung jawab dalam mengembangkan
potensi diri peserta didik secara optimal di kelas, baik melalui kelompok belajar maupun individual. Untuk itu makalah ini akan
membahas perancangan media pembelajaran melalui model ASSURE.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah membahas tentang::
- Konsep Media pembelajaran
- Sistematika pembelajaran model ASSURE
- Rumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan
model ASSURE menggunakan media pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (message), ransangan pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan
untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal). Dengan demikan, dapat
diharapkan pengalaman belajar lebih
berarti bagi siswa.
1. Jenis – jenis Media pembelajaran
Banyak sekali jenis media yang sudah
dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan-pesan pembelajaran.
Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik
dan sifa-sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku
dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat
klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai
media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran
menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
a. Gambar diam, baik
dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead
proyektor.
b. Gambar gerak,
baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
c. Rekaman bersuara
baik dalam kaset maupun piringan hitam.
d. Televisi
e. Benda – benda
hidup, simulasi maupun model.
f. Instruksional
berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika
dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
a. Dilihat dari
jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan media
Audio Visual.
b. Dilihat dari daya
liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas dan
serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan
media pengajaran individual.
c. Dilihat dari
bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah dan
mudah memperolehnya) dan media komplek.
d. Dilihat dari
bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi), media
tiga dimensi, dan media elektronik.
2. Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran sebagai
alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah
suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang
gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan -pesan
atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media,
maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama
materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Secara umum manfaat media pembelajaran
menurut Harjanto (1997 : 245) adalah : (a) Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya),
(b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (c) Dengan menggunakan
media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa,
(d) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan
Eldarni (2001 : 4) yaitu : (a) Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya
untuk menjelaskan peredaran darah, (b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar
didapat di dalam lingkungan belajar, (c) Manampilkan obyek yang terlalu besar,
misalnya pasar, candi, (d) Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan
mata telanjang, (e) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat, (f) Memungkinkan
siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya, (g) Membangkitkan
motivasi belajar, (h) Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota
kelompok belajar, (i) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat
diulang maupun disimpan menurut kebutuhan, (j) Menyajikan informasi belajar
secara serempak (mengatasi waktu dan ruang), (k) Mengontrol arah maupun
kecepatan belajar siswa.
3. Prinsip – prinsip memilih media pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki
keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih
media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan
bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
a. Harus adanya
kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah
pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum,
ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah
untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD,
SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan
ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut
perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau
pembelajaran pembedahan (kedokteran).
b. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media
pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya,
cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya
pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru
untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
c. Alternatif
Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran
mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Selain yang telah penulis sampaikan di
atas, prinsip pemilihan media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu:
Tujuan, Keterpaduan (validitas), keadaan peserta didik, ketersediaan mutu
teknis, dan biaya. Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada
satu mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau materi
pembelajaran secara tuntas.
B. Belajar dan Faktor
yang Mempengaruhinya
Pada
definisi lain belajar adalah sebuah proses yang terjadi dalam otak manusia.
Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata,
didengar oleh telinga dan lain-lain lantas disusun oleh otak sebagai hasil
belajar. Itulah sebabnya orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya
terganggu.
Belajar
memang merupakan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia, hingga kini para
ahli tidak mengetahui seratus persen bagaimana proses terjadinya peristiwa itu.
Pada masa lalu, ada ahli yang percaya bahwa peristiwa belajar semata-mata
merupaan proses kimia yang terjadi dalam sel-sel, terutama dalam sel dan saraf
otak. Pendapat ini terkandung dirumuskan terlalu ekstrim, seakan-akan manusia
itu hanya kumpulan jasad berbendaan saja.
Dengan
demikian jelaslah kiranya bahwa hasil belajar itu tidak menghilang begitu saja,
kecuali bila terjadi proses belajar yang baru atau terjadi kerusakan / kelainan
dalam otak yang mengganggu fungsi ingatan. Belajar merupakan kegiatan mental
yang tidak dapat diselesaikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri
seorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan
mengamati orang itu. Bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan,
tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah
diperoleh melalui belajar. Maka berdasarkan perilaku yang disaksikan, dapat
ditaruk kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Misalnya sikap hormat sang
merah putih pada waktu upacara kenaikan bendera. Menyatakan diri dalam posisi
tubuh tegak lurus, sambil mengarahkan pandangan ke bendera yang sedang
dikibarkan. Dari perilaku ini dapat disimpulkan bahwa orang itu telah belajar
suatu sikap. Sikap itu adalah kemampuan internal yang bersifat mental / sikap.
Karena itu tidak mungkin mengetahui secara pasti apakah kemampuan internal itu
ada, kecuali bila orang bertindak atau berbicara.
Belajar
terjadi dalam interaksi dengan lingkungan dalam bergaul dengan orang, dalam
memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa. Namun tidak sembarangan berada
ditengah-tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar. Orangnya harus aktif
sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya.
Misalnya : Setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dalam
kelas, belum berarti siswa tersebut sedang belajar. Selama siswa tidak melibatkan
diri, dia tidak akan belajar. Maka supaya terjadi belajar dituntut orang
melibatkan diri, harus ada interaksi aktif.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa “belajar” pada manusia boleh dirumuskan
sebagai berikut : “Suatu atifitas mental / psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Hilgard
dan Bower dalam theories of learning, seperti dikutip Purwanto (1998),
mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dan perubahan tingkah laku tersebut tidak
dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, dan
keadaan sesaat seseorang. Mislanya kelelahan, atau pengaruh obat.
C. Model Pembelajaran
ASSURE
ASSURE model merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam
membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun
secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik
(Smaldino,dkk.,2008:87). Pembelajaran dengan menggunakan ASSURE Model mempunyai
beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan
bermakan bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan
penjabaran dari ASSURE Model, adalah sebagai berikut :
1.
Analyze Learner
(Analisis Pembelajar)
Tahapan pertama dalam merencanakan
pembelajaran yang mempu membentuk pengalaman siswa adalah mengidentifikasi dan
menganalisis karakteristik pembelajar yang menunjukkan relasi dengan outcome
dalam pembelajaran. Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat
menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan
tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pembelajar
meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
a. General
Characteristics (Karakteristik
umum)
Karakteristik
umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta
etnik. Etnik disini termasuk dalam faktor samping dalam karakteristik umum atau
dapat disebut karakteristik khusus pembelajar, seperti tingkah laku dan
ketertarikan terhadap suatu pembelajaran. Perbedaan umur pada peserta didik
dapat menjadi acuan dalam merancang pembelajaran yang memperhatikan kemampuan
setiap individu selama proses pembelajaran. Begitu pula jika menemui perbedaan
budaya asal pembelajar dapat menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan
media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.
b. Specific Entry
Competencies (
mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Penelitian
yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa merupakan sebuah subyek
patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari
lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa (smaldino dari
Dick,carey&carey,2001). Mendiagnosis kemampuan awal yang dimiliki peserta
didik dapat memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar penyamapain
materi pelajaran dapat diserap denagn optimal oleh peserta didik sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
c. Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya
belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta
didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan
merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran.
Terdapat tiga macam gaya belajar
yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1) Gaya belajar visual (melihat) yaitu
dengan lebih banyak melihat seperti membaca, 2) Gaya belajar audio
(mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika
pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, 3) Gaya belajar kinestetik
(melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika
dia sudah mempraktekkan sendiri.
2. State
Standards and Objectives
(Menentukan standard dan tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE model
adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik
dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran.
Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari
strategi, media dan pemilihan media yang tepat.
a. Pentingnya Merumuskan Tujuan dan
Standar dalam Pembelajaran
Dengan
merumuskan standar dan tujuan pembelajaran dapat mendapatkan penilaian yang
akurat dari pembelajaran siswa. Dasar dalam penilaian pembelajaran ini
menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai
oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang
lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri
dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut
Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap.
Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar,
pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM. Rumusan klasik
tujuan pembelajaran yang sejak dahulu sudah diterapkan adalah singkatan ABCD.
Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai berikut:
A
= audience
Pebelajar
atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik,
apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya
sebaiknya jelas dan rinci.
B
= behavior
Perilaku
belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili
kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan
biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati, misalnnya menjelaskan,
menyusun, menarikan, menggunakan, dan seterusnya; dan dirumuskan secara utuh.
C
= condition
Situasi
kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan
baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari
kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi
pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
D
= degree
Persyaratan
khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa
pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat
dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti
tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap
dapat mengukur pencapaian kompetensi.
ABCD
Objective Checklist
Siswa
dapat mencapai suatu kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran berarti dia
sudah mencapai degree dari tujuan pembelajaran, walaupun setiap siswa
mencapainya dengan format yang berbeda. Objective checklist disini
adalah berupa suatu angket tujuan pembelajaran yang mengandung ABCD beserta
komponen-komponennya. Angket ABCD ini dapat diisi oleh guru/pendidik untuk
mengetahui sejauh mana pembelajaran telah dibawa dan membawa pengaruh seperti
apa kepada siswanya/pembelajar.Apabila nantinya checklist tersebut belum
mengekomunikasikan akurasi dari pengetahuan dan kemampuan yang seharusnya
dimiliki siswa, sebaiknya pemebalajaran perlu diperbaharui.
c. Tujuan Pembelajaran dan Perbedaan
Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan
atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki
kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu
ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi
tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.
3. Select
Strategies, Technology, Media, and Materials (Memilih, Strategi, Teknologi,
Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat
pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan
teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media
dan bahan ajar.
a.
Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn
disesuaikan dengan standard dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga
memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung
pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model(Smaldino dari
Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun Attention(perhatian)
siswa, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan
tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan
pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa.
Strategi pembelajaran dapat terlebih
dahulu menentukan metode yang tepat. Saat ini, beberapa metode belajar yang
dianggap inovatif terhadap perkembangan kemampuan kognitif dan kemandirian
pebelajar. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah (Dewi Salma
Prawiradilaga, 2007):
1) Belajar Berbasis
Masalah (problem-based learning)
Metode
ini mendorong pebelajar untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Metode
belajar berbasis masalah melatih ketajaman pola pikir meta kognitif, yakni
kemampuan stratregis dalam memecahkan masalah.
2) Belajar Proyek (project-based
learning)
Belajar
proyek adalah metode yang melatih kemampuan pebelajar untuk melaksanakan suatu
kegiatan di lapangan. Proyek yang dikembangkan dapat pekerjaan atau kegiatan
sebenarnya atau berupa simulasi kegiatan.
3) Belajar
Kolaboratif
Metode
belajar kolaboratif ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan
dan membina koordinasi antar teman sekelasnya. Tim yang berprestasi tinggi
adalah tim yang mendapat dukungan dan upaya bersama dari anggotanya.
b.
Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan bahan ajar
Memilih format media dan sumber
belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik.
Peran media pembelajaran menurut
Smaldino dalam Prawiradilaga, diantaranya:
1) Diatur Pengajar
(instructor-directed)
Media
pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian
materi yang disajikan oleh pengajar tersebut.
2) Diatur Peserta
Didik (learner-directed)
Media
pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa
bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana
laboraturium, modul, CAI adalah media pembelajaran yang memang khusus
pemanfaatannya diatur oleh peserta didik.
3) Belajar Jarak
Jauh (distance education)
Belajar
jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi
yang bersifat sinkron atau asinkron.
4. Utilize Technology, Media
and Materials (Memanfaatkan Teknologi, media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam ASSURE
model adalah memanfaatkan teknologi, media dan bahan ajar. Sebelum memanfaatkan
media dan bahan yang ada, sebaiknya mengikuti langkah-langkah seperti
dibawah ini,yaitu:
a). mengecek
bahan (masih layak pakai atau tidak)
b). mempersiapkan
bahan
c). mempersiapkan
lingkungan belajar
d). mempersiapkan
pembelajar
e). menyediakan pengalaman belajar
(terpusat pada pengajar atau pembelajar)
5. Require
Learner Parcipation
(Menegmbangkan Peran Serta Peserta Didik)
Dalam mengaktifkan
pembelajar di dalam proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan keadaan
psikologisnya, gambaran psikologis dari siswa adalah:
a. behavioris, karena tanggapan/respon
yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang ditampakkan
pembelajar.
b. kognitifis, karena
informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
c. konstruktivis, karena pengetahuan yang diterima
pembelajar akan lebih berarti dan bertahan lama di kepala jika mereka mengalami
langsung setiap aktivitas dalam proses pembelajaran.
d. sosial, karena feedback atau tanggapan yang
diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai
ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah diterima dan juga sebagai
support secara emosional.
6. Evaluate
and Revise
(Mengevaluasi dan Memperbaiki)
Tahapan terakhir dalam ASSURE model untuk pembelajaran yang
efektif adalah menilai dan memperbaiki. Penilaian dan perbaikan adalah aspek
yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan
perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu;
a). Penilaian Hasil Belajar Siswa,
penilaian ini mencakup hasil belajar siswa yang otentik, hasil belajar
portofolio dan hasil belajar yang tradisional / elektronik.
b). Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media.
D. Rumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan model ASSURE menggunakan
media pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
NAMA
SEKOLAH : SMA 3
Bukittinggi
MATA
PELAJARAN : Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK )
KELAS : X
SEMESTER : 1 ( satu )
PERTEMUAN : 3
dan 4
ALOKASI
WAKTU : 4
x 45 menit
I.
STANDAR KOMPETENSI
Memahami ketentuan pengunaan Teknologi Informasi dan Komunkasi
II.
KOMPETENSI DASAR
Menerapkan
aturan yang Komunikasi berkaitan dengan etika dan moral terhadap perangkat
keras dan perangkat lunak
Teknologi Informasi dan Komunikasi
III. INDIKATOR
1. Menjelaskan
tentang aturan-aturan hak
2. Menjelaskan dampak
pelanggaran hak cipta
3. Menjelaskan jenis
pelanggaran hak cipta
4. Menerapan aturan-aturan
hak cipta yang berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi
IV. TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat mengetahui dan memahami tentang
aturan-aturan Hak Cipta.
2. Siswa dapat mengembangkan dan menanamkan
aturan yang berkaitan
dengan
etika dan moral dalam pemanfaatan TIK.
3. Siswa mampu menjelaskan dampak pelanggaran
Hak Cipta.
V. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta
:
Etika
dan moral dalam penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi
Konsep
:
Etika berasal dari
bahasa Yunani ethikos yang berarti timbul dari kebiasaan. Etika mencakup
analisis dan penerapan nilai-nilai seperti benar, salah, baik, buruk dan
tanggung jawab. Etika dan moral harus diterapkan dalam penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Meski berupa dunia digital, teknologi informasi dan
komunikasi hanyalah media yang dikendalikan oleh manusia.
Prinsip:
Dalam hal penggunaan
perangkat lunak, etika serta moral berkaitan erat dengan hak
seseorang, yakni
pembuat perangkat lunak tersebut. Pembuat perangkat lunak telah bekerja keras
untuk berkarya sehingga hasil karyanya itu patut dihargai dan dilindungi dengan
undang-undang. Indonesia sebagai negara hukum memiliki undang-undang yang
mengatur hak atas kekayaan intelektual.
Prosedur:
Salah satu contoh
penerapan etika dalam teknologi informasi dan komunikasi adalah netiket atau
etika dan sopan santun berkomunikasi melalui Internet. Meski komunikasi melalui
Internet banyak terjadi melalui tulisan dan simbol, namun pengguna Internet
harus menjaga tutur katanya dan menerapkan etika yang baik. Jika seseorang
memiliki etika yang baik, maka orang tersebut juga memiliki moral yang baik.
Begitu juga sebaliknya.
Metode
Pembelajaran
Ceramah, Demonstrasi,
Tanya jawab, Tugas Individu, Tugas Kelompok.
Kegiatan
Pembelajaran
1. Kegiatan Awal ( 15 menit )
·
Apersepsi
tentang materi sebelumnya
·
Guru bertanya
wawasan siswa tentang Aturan yang
berkaitan dengan Etika dan Moral terhadap PerangkatKeras dan Perangkat
Lunak Teknologi informasi danKomunikasi.
2. Kegiatan Inti ( 60 menit )
·
Guru menjelaskan tentang Aturan
yang berkaitan dengan Etika dan Moral
terhadap Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Teknologi informasi dan Komunikasi dengan menggunakan alat/media LCD dan Komputer dalam bentuk Power Point
·
Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang Aturan yang berkaitan dengan Etika dan Moral terhadap
Perangkat Keras dan Perangkat Lunak Teknologi informasi dan Komunikasi
·
Siswa mencatat
hal-hal yang penting dari penjelasan guru
·
Guru menjelaskan
jenis-jenis serta dampak pelanggaran Hak Cipta.
·
Siswa mencatat
hal-hal yang penting dari penjelasan guru
·
Guru membagi
kelompok siswa untuk berdiskusi tentang materi dampak pelanggaran
Hak Cipta serta jenis-jenis pelanggaran Hak Cipta tersebut melalui diskusi.
·
Kelompok
mempersentasikan hasil diskusi kelompok dengan menggunakan media LCD dan
Komputer dalam bentuk Power Point
3. Kegiatan Penutup ( 15 Menit )
·
Guru bersama
siswa menyimpulkan materi yang telah dipalajari
·
Guru
memberikan tugas individu untuk pertemuan berikutnya
VI . Alat /
Bahan / Sumber Belajar
Buku
panduan, Buku Digital, LKS.
Media; Komputer dan LCD
VII. Penilaian
A.
Penilaian Kognitif
·
Jawaban singkat atau
tertulis (Evaluasi)
·
Kemampuan melakukan susunan kerja (Sintesis)
·
Kemampuan dalam menguraikan masalah dalam belajar (Analisis)
·
Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip / langkah-langkah kerja.
·
Kemampuan memahami dan menanggapi materi pelajaran
·
Kemampuan dalam pengetahuan mengenai materi.
B.
Penilaian
Afektif (Nilai dan Sikap)
·
Memperhatikan dan
menanggapi materi
·
Mematuhi aturan dan
berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
·
Menghargai pendapat
teman
·
Kemampuan dalam bekerja kelompok (Kerja sama)
·
Menunjukkan sikap dan
tindakan disiplin.
BAB
III
KESIMPULAN
Bentuk-bentuk
media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi
lebih konkrit. Setiap
jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan
sifa-sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku
dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat
klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai
media tersebut. Penggolongan
media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai
berikut :
a.
Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi
media Audio, media Visual dan media Audio Visual.
b.
Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan
menjadi media dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang
terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
c.
Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan
menjadi media sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
d.
Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi
media grafis (dua dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.
Secara
umum manfaat media pembelajaran adalah : (a) Memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu verbalistis ( tahu kata – katanya, tetapi tidak tahu maksudnya),
(b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (c) Dengan menggunakan
media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa,
(d) Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan penjabaran dari
ASSURE Model, adalah sebagai berikut : Analyze Learner (Analisis
Pembelajar), State Standards and Objectives (Menentukan standard dan
tujuan), Select Strategies, Technology, Media, and Materials (Memilih,
Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar), Utilize Technology, Media and
Materials (Memanfaatkan Teknologi, media dan Bahan ajar), Require
Learner Parcipation (Menegmbangkan Peran Serta Peserta Didik), Evaluate
and Revise (Mengevaluasi dan Memperbaiki)
DAFTAR BACAAN
Dewi Salma Prawira dilaga & Eveline
Siregar (2004) : Mozaik Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Predana Media
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: ALFABETA
Smaldino, Sharon E, James D. Russel,
Robert Heinich, & Michael Molenda. Instructional Technology and Media for Learning 8th Ed. New Jersey : Pearson Merrill
Prentice Hall, 2005.
Snelbecker E. Glen. (1974). Learning Theory Instructional
Theory. USA: McGraw-Hill, inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar